BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
adalah proses aktivitas mental yang terjadi melalui interaksi aktif individu
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai yang relative konstan. Seseorang dikatakan belajar jika ada
aktivitas dalam dirinya baik aktivitas intelektual, emosional, dan fisik juga
diperlukan. Kondisi demikian akan bermakna bagi siwa karena mereka merasa
tertantang, belajar lebih menyenangkan, dapat mendorong untuk bereksplorasi,
memberi pengalaman sukses, dan dapat mengembangkan kecakapan berpikir.
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar siswa mampu melakukan
control terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang
memberi kebebasan terhadap siswa untuk melakukan pilihan-pilihan tindakan
belajar dan yang mendorongnya untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental
dalam proses belajar perlu diciptakan, agar anak mampu memunculkan kegiatan
belajar yang kreatif dan produktif.
Di samping kebebasan, hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar
adalah realness. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran akan dapat menumbuhkan
sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar. Sikap dan persepsi yang
positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa
belajar. Ini semua sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mental yang
produktif. Oleh sebab itu, perlu diupayakan bentuk-bentuk pembelajarn yang
dapat memfasilitasi.
Salah satu strategi pembelajaran
yang ditawarkan untuk diterapkan oleh para guru, yang hingga kini cukup lama
berkembang serta inovatif adalah Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning/CTL). Diperlukan komitmen, tekad dan pemahaman dari para
guru atau pengajar serta pimpinan lembaga pendidikan dalam menyikapinya.
B.
Rumusan
Masalah
Apa
yang dimaksud pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning) ?
Apa saja komponen-komponen utama pembelajaran kontekstual ?
Bagaimanakah karakteristik pembelajaran kontekstual ?
Bagaimana langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Kontekstual ?
C.
Tujuan
Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA SD. Selain itu, agar kami dan
teman-teman mahasiswa,khususnya PPGT dapat lebih memahami tekhnik pembelajaran
Contextual Teaching And Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL)
Pembelajaran kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002). Sedangkan bagi
siswa, mereka belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan
memberi makna pada pengetahuan tersebut. Dengan demikian hasil belajar
diharapkan lebih bermakna baginya. Proses pembelajaran berlangsung secara
ilmiah, dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan berupa transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Oleh sebab itu, proses belajar lebih diutamakan
daripada hasil belajar siswa.
Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching learning atau CTL) merupakan
suatu system atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik. Pembelajaran
ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila
dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada pemikiran bahwa siswa belajar apabila
mereka melihat makna dari yang mereka pelajari. Dan makna dalam pekerjannya di
sekolah apabila mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
dan pengalaman yang mereka miliki. Melalui CTL belajar dapat menjadi bermakna
dengan mengaitkan konten dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Beberapa
pendapat para ahli tentang pembelajaran CTL :
ELAINE
B. JOHNSON (2002), menyimpulkan bahwa
dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yaitu:
a.
Prinsip Saling
Ketergantungan (Interdependence)
Menurut
hasil kajian para ilmuwan modern segala yang ada di alam semesta ini adalah
saling berhubungan. Segala yang ada, baik manusia maupun bukan manusia, makhluk
hidup ataupun benda mati atau satu sama lain berhubungan dan tergantung
membentuk pola dan jaring system hubungan yang teratur.
Prinsip saling ketergantungan alam semesta, juga berlaku dalam pendidikan dan
pembelajaran. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan tergantung
dengan guru, kepala sekolah, orang tua serta berbagai nara sumber yang ada
disekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa juga berhubungan dengan bahan
ajar, buku sumber, media, sarana dan prasarana pendidikan, iklim sekolah dan
lingkungan. Saling hubungan inilah bukan hanya sebatas memberikan dukungan,
kemudahan tetapi juga harus dapat memberikan makna. Sebab makna hanya ada
karena adanya hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual menekankan
hubungan antara bahan ajar yang bersifat konsep dengan penerapan kehidupan,
antara teori dengan praktek, dan juga antara kegiatan siswa dengan kegiatan
siswa yang lainnya.
b.
Prinsip Diferensiasi
(Differentiation)
Diferensiasi
menunjuk kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan,
keragaman, keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya
selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukkan kreativitas yang luar biasa
dari alam semesta. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan dan kemajuan
tanpa batas, tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan,
saling tergantung dalam keterpaduan yang bersipat simbiosis atau saling
menguntungkan.
Pada prinsip ini diharapkan para guru untuk mendidik, mengajar, melatih,
membimbing sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru.
Proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas,
keunikkan, variasi dan kolaborasi. Dan konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan
dalam pembelajaran kontekstual. Bagaimana siswa berkolaborasi dengan teman-temannya
untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat informasi serta menemukan
prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.
c.
Prinsip
Pengorganisasian Diri (Self organization)
Setiap
individu atau kesatuan (entity) dalam alam semesta mempunyai potensi melekat,
yaitu kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap
orang memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan
diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan
mempertahankan dirinya secara khas berbeda dengan yang lainnya. Prinsip
organisasi diri, menuntut para pendidik di sekolah agar mendorong setiap
siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa
mencapai keunggulan akademik, penguasaan standar, pengembangan sikap dan moral
sesuai dengan harapan masyarakat.
Menurut NUR
HADI, CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut JONHSON,
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa
melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka.
Jadi
pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
B.
APA ITU CTL?
Pembelajaran
yang berfokus pada pemahaman peserta didik Pembelajaran Autentik (Real World
Learning) Pembelajaran Distributif Pengetahuan bukan kekayaan Individual,
Peserta didik harus berbagi pengetahuan dan Tugastugas. Pembelajaran
mengutamakan pengalaman nyata, pengalaman bermakna dalam kehidupan, dekat
dengan kehidupan nyata CTL. Pembelajaran Pengembangan Kognitif Tingkat Tinggi
Melatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu, dan memecahkan masalah Mengerti Makna apa yang dipelajari? Apa
manfaatnya? Apa statusnya? Bagaimana mencapainya? Bagaimana
Mendeminstrasikannya? Pembelajaran Aktif (Student Centered) Pembelajaran
Pemusatan pada Proses dan Hasil Peserta didik “Acting”, Guru mengarahkan dan
memfasilitasi Assesmen dan Evaluasi berperan penting untuk mengetahui
Pencapaian standar akademik dan Standar Performance (Kinerja).
C.
Komponen-Komponen/
ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual
a.
Konstruktivisme
(Constructivism)
Pandangan
kontruktivisme tentang belajar mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh seseorang kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya sedikit demi
sedikit, yang memungkinkan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Proses
belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa akan membentuk suatu
konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya.
b.
Menemukan
(Inquiry)
Manusia dapat
mengetahui sesuatu dengan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan
lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau
merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ditentukan, melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak
seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan
pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
c.
Bertanya
(Questioning)
Bertanya merupakan
metode yang dapat mendorong keberanian siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Melalui bertanya akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bebas menggali informasi dan mengkonfirmasikan sesuatu, tanpa harus takut
bahwa kualitas pertanyaannya akan dievaluasi. Artinya, sewaktu siswa bertanya
guru tidak akan menyalahkan atau menghalangi pertanyaan mereka walaupun
pertanyaannya tidak sempurna.
d.
Masyarakat
Belajar ( Learning-Community)
Pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok-kelompok yang heterogen melalui diskusi, sharing antar
teman, saling bertanya, menjadikan proses belajar lebih menyenangkan, menantang
dan lebih efektif. Terjadi arus informasi yaitu proses komunikasi dua arah atau
lebih yang saling memperkaya, memberi dan menerima, serta bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Kegiatan belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak
yang mendominasi proses komunikasi. Tidak ada pihak yang merasa segan untuk
bertanya, atau merasa paling tahu. Semua orang dapat menjadi sumber belajar.
Guru dapat mengembangkan masyarakat belajar di kelasnya dalam bentuk kelompok
kecil, kelompok besar, mendatangkan nara sumber dari luar, bekerja dengan kelas
lain, atau bekerja dengan masyarakat.
e.
Pemodelan
(Modeling)
Model adalah salah satu
bentuk scaffolding dalam pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat ditiru atau
dicontoh oleh siswa. Di dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menyediakan
model-model atau sesuatu yang dapat dijadikan contoh oleh siswa dalam belajar.
Dengan adanya model, siswa akan memperoleh gambaran yang jelas bagaimana
sesuatu harus dilakukan atau dibuat. Guru bukanlah satu-satunya model,
karya-karya dan prestasi siswa yang baik dapat dijadikan model, model juga
dapat didatangkan dari luar.
f.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi dalam
pembelajaran kontekstual yaitu aktifitas berpikiir tentang apa yang baru saja
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa saja yang sudah
dilakukan.
Siswa membandingkan pemahamannya sekarang terhadap sesuatu yang baru saja
dipelajari dengan pemahaman awal sebelum mempelajari hal tersebut.
Siswa menghubungkan pengetahuan yang baru saja dipelajari dengan pengetahuan
atau pengalaman-pengalaman sebelumnya. Refleksi merupakan respon siswa terhadap
apa yang baru saja dipelajari.dalam pembelajaran, guru perlu membantu siswa
dalam menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru saja dipelajari. Sehingga siswa merasakan manfaat
pengetahuan yang baru saja dipelajari dalam kehidupannya. Ini berarti,
pengetahuan mereka bertambah luas dan belajar akan lebih bermakna baginya.
g.
Penilaian
Autentik(Authentic-Assesment)
Penilaian dalam
pembelajaran kontekstual dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
mengumpulkan hasil karya siswa secara bertahap, baik yang dikerjakan di dalam
maupun di luar kelas. Kemajuan belajar siswa diamati dari proses perkembangan
belajarnya. Perkembangan siswa perlu diketahui, untuk mendeteksi adanya
kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya, sehingga guru dapat dengan segera
membantu mengatasinya.
Karena kemajuan belajar siswa perlu diketahui selama proses pembelajaran
berlangsung, maka penilaian juga akan dilakukan selama proses pembelajaran.
Data yang diperoleh tidak untuk melihat perolehan hasil belajar melainkan untuk
melihat perkembangan belajar siswa dalam bentuk karya-karya nyata. Oleh sebab
itu, penilaian autentik sangat tepat digunakan. Penilaian autentik berupaya
menilai keterampilan (performasi/soft skill) siswa di samping juga penguasaan
pengetahuannya. Penilaian tidak hanya dilakukan oleh pengajar saja, tapi dapat
juga dilakukan oleh siapa saja termasuk siswa. Maka perlu diciptakan sesuatu
dari hasil pemahaman siswa seperti dalam bentuk gambar seri, poster,
cerita/drama/novel, prosedur kerja, makalah, karya seni, artikel, karikatur,
resep dan sebagainya. Karya-karya tersebut dapat ditampilkan, didemonstrasikan,
dipajang atau dipamerkan ke masyarakat.
D.
Strategi
pembelajaran Kontekstual
Strategi
pembelajaran kontektual yang dikemukakan oleh Center for Occupational Research and Develoment
(CORD) (dalam Rustana, 2002 )
yang dikenal dengan REACT, yaitu :
1.
Relating,
belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.
2.
Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery),
dan penciptaan (invention)
3.
Applying,
belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
4.
Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, atau tugas
kelompok.
5.
Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks
baru.
E.
Penerapan
Metode Belajar CTL dan Hasil Belajar
Pendekatan kontekstual ini menekankan salah satunya kepada bagaimana
belajar di sekolah yang dapat diterapkan ke dalam situasi dunia nyata, sehingga
siswa dapat menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya dalam kehidupan mereka. Pada pembelajaran
kontekstual tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta yang
hasilnya tidak akan bertahan lama, tetapisebuah strategi yang mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri melalui keterlibatan
aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, mendemonstrasikan sendiri, dan lain sebagainya.
Dengan begitu siswa belajarmengalami
sendiri (Depdiknas,2002) Pada konsep IPA Biologi siswa
membangun pengetahuan di dalam
benaknya sendiri dari pengalaman yang telah
dialaminya, contohnya banyak
siswa yang memiliki hewan peliharaan yang berbeda, otomatis mereka
akan
tahu makanan apa saja yang biasa dimakan oleh hewan peliharaannya tersebut.
Dengan
demikian siswa dapat mengkelompokkan hewan-hewan
tersebut berdasarkan perbedaan makanannya, yaitu kedalam kelompok
herbivora, karnivora, atau omnivora. Dalam
hal ini siswa memahami konsep
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya dengan menemukan sendiri,
karena siswa mengalaminya secara langsung. Contoh lain siswa dapat
praktek di laboratrium misalnya untuk konsep organisme autotrof
dengan
mengadakan percobaan proses fotosintesis. Selama kegiatan berlangsung siswa
mengamati perubahan warna daun , membandingkan, dan
mencatat hasilnya kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk dianalisis serta
mendiskusikannya dalam kelompok masing- masing.
Aktifitas bertanya ditemukan ketika mereka berdiskusi kelompok. Selain itu mereka akan bekerjasama
untuk memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi, dan
ketika kelompok mereka mengahadapi kesulitan mereka akan menjalin kerjasama dengan kelompok lain yang akhirnya akan
membentuk masyarakat
belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung siswa diminta untuk memberikan
komentar
mengenai kesan dan saran mengenai pembelajaran
yang telah dilakukan pada hari itu untuk
dijadikan sebagai refleksi yang dapat
digunakan oleh guru sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
di
atas telah mencakup tujuh komponen dalam
pembelajaran CTL. Hasil belajar dalam kontekstual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Nilai siswa diperoleh dari penempilan siswa sehari-hari ketika
belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, misalnya proses
bekerja,
hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes
(Depdiknas, 2002). Penilaian proses
belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa
dalam
mengikitu proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal
:
turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan
masalah, bertanya, melaksanakan diskusi kelompok atau menerapkan apa yang
telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan yang
sedang dihadapinya. Setelah
melakukan pengamatan, siswapun mengerjakan LKS dan laporan hasil
pengamatan secara berkelompok dengan baik. Pada saat
berlangsungnya diskusi, pada rekaman handycam dapat dilihat
berlangsungnya diskusi yaitu setelah kelompok penyaji menjelaskan hasil
pengamatan dengan menggunakan kertas manila di hadapan guru dan
teman-temannya, ada beberapa siswa mengajukan pertanyaan dan kelompok penyaji menjawabnya.
F.
Kelebihan
dan Kelemahan model pembelajaran CTL
a.
Kelebihan
Ø
Memberikan kesempatan
pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam
PBM.
Ø
Siswa dapat berfikir
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru
dapat lebih kreatif.
Ø
Menyadarkan siswa
tentang apa yang mereka pelajari.
Ø
Pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
Ø
Pembelajaran lebih
menyenangkan dan tidak membosankan.
Ø
Membantu siwa bekerja
dengan efektif dalam kelompok.
Ø
Terbentuk sikap kerja
sama yang baik antar individu maupun kelompok.
b.
Kelemahan
Ø
Dalam pemilihan informasi atau
materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam
kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi
tidak sama.
Ø
Bagi siswa yang tertinggal dalam
proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal
dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan
dan usaha sendiri.
Ø
Pengetahuan yang didapat oleh setiap
siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
Ø
Peran guru tidak nampak terlalu
penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa
untuk aktif
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru atau pengajar
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Depdiknas, 2002). Ada tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
2. Penilaian Autentik (Authentic-Assesment)
3. Refleksi (Reflection)
4. Pemodelan (Modeling)
5. Masyarakat Belajar ( Learning-Community)
6. Bertanya (Questioning)
7. Menemukan (Inquiry)
Apa
itu CTL serta kelebihan dan kelemahannya. Pembelajaran kontekstual membantu
siswa membentuk pengetahuannya dengan mengaitkan antara situasi dunia nyata
mereka dengan materi pembalajaran serta mengaitkan antara pengetahuan yang
telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2003. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching learning) Biologi SLTP. Banyumas: Dinas Pendidikan.
Wahyudi. 2003. Tingkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi
Pembelajaran
IPA. http: //www. Balipost. co. id /baipost
cetak/2003/8/24.htm1.
Sumarwan, Sumartini, dan Kusmayani.
2004. Sains Biologi 1 B untuk SMP Kelas
VII Semester 2. Jakarta : Erlangga.
www.net.com
0 komentar:
Posting Komentar