Get me outta here!

Rabu, 02 April 2014

Pembelajaran CTL

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Belajar adalah proses aktivitas mental yang terjadi melalui interaksi aktif individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang relative konstan. Seseorang dikatakan belajar jika ada aktivitas dalam dirinya baik aktivitas intelektual, emosional, dan fisik juga diperlukan. Kondisi demikian akan bermakna bagi siwa karena mereka merasa tertantang, belajar lebih menyenangkan, dapat mendorong untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan dapat mengembangkan kecakapan berpikir.

Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar siswa mampu melakukan control terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan terhadap siswa untuk melakukan pilihan-pilihan tindakan belajar dan yang mendorongnya untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental dalam proses belajar perlu diciptakan, agar anak mampu memunculkan kegiatan belajar yang kreatif dan produktif.
Di samping kebebasan, hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar adalah realness. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar. Sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Ini semua sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mental yang produktif. Oleh sebab itu, perlu diupayakan bentuk-bentuk pembelajarn yang dapat memfasilitasi. 
            Salah satu strategi pembelajaran yang ditawarkan untuk diterapkan oleh para guru, yang hingga kini cukup lama berkembang serta inovatif adalah Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL). Diperlukan komitmen, tekad dan pemahaman dari para guru atau pengajar serta pimpinan lembaga pendidikan dalam menyikapinya.





B.  Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning) ?
Apa saja komponen-komponen utama pembelajaran kontekstual ?
Bagaimanakah karakteristik pembelajaran kontekstual ?
Bagaimana langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Kontekstual ?

C.  Tujuan
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA SD. Selain itu, agar kami dan teman-teman mahasiswa,khususnya PPGT dapat lebih memahami tekhnik pembelajaran Contextual Teaching And Learning.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL)

            Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002). Sedangkan bagi siswa, mereka belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan memberi makna pada pengetahuan tersebut. Dengan demikian hasil belajar diharapkan lebih bermakna baginya. Proses pembelajaran berlangsung secara ilmiah, dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Oleh sebab itu, proses belajar lebih diutamakan daripada hasil belajar siswa.

Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching learning atau CTL) merupakan suatu system atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik. Pembelajaran ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada pemikiran bahwa siswa belajar apabila mereka melihat makna dari yang mereka pelajari. Dan makna dalam pekerjannya di sekolah apabila mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Melalui CTL belajar dapat menjadi bermakna dengan mengaitkan konten dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran CTL :

ELAINE B. JOHNSON (2002), menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yaitu:
a.    Prinsip Saling Ketergantungan (Interdependence)
Menurut hasil kajian para ilmuwan modern segala yang ada di alam semesta ini adalah saling berhubungan. Segala yang ada, baik manusia maupun bukan manusia, makhluk hidup ataupun benda mati atau satu sama lain berhubungan dan tergantung membentuk pola dan jaring system hubungan yang teratur.

Prinsip saling ketergantungan alam semesta, juga berlaku dalam pendidikan dan pembelajaran. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah, orang tua serta berbagai nara sumber yang ada disekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa juga berhubungan dengan bahan ajar, buku sumber, media, sarana dan prasarana pendidikan, iklim sekolah dan lingkungan. Saling hubungan inilah bukan hanya sebatas memberikan dukungan, kemudahan tetapi juga harus dapat memberikan makna. Sebab makna hanya ada karena adanya hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual menekankan hubungan antara bahan ajar yang bersifat konsep dengan penerapan kehidupan, antara teori dengan praktek, dan juga antara kegiatan siswa dengan kegiatan siswa yang lainnya.

b.    Prinsip Diferensiasi (Differentiation)
Diferensiasi menunjuk kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keragaman, keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa batas, tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersipat simbiosis atau saling menguntungkan.
Pada prinsip ini diharapkan para guru untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru.
Proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikkan, variasi dan kolaborasi. Dan konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam pembelajaran kontekstual. Bagaimana siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat informasi serta menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.

c.     Prinsip Pengorganisasian Diri (Self organization)
Setiap individu atau kesatuan (entity) dalam alam semesta mempunyai potensi melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap orang memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas berbeda dengan yang lainnya. Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik di sekolah agar mendorong setiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa mencapai keunggulan akademik, penguasaan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.

Menurut NUR HADI, CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Menurut JONHSON, CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

B.            APA ITU CTL?
Pembelajaran yang berfokus pada pemahaman peserta didik Pembelajaran Autentik (Real World Learning) Pembelajaran Distributif Pengetahuan bukan kekayaan Individual, Peserta didik harus berbagi pengetahuan dan Tugastugas. Pembelajaran mengutamakan pengalaman nyata, pengalaman bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata CTL. Pembelajaran Pengembangan Kognitif Tingkat Tinggi Melatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan memecahkan masalah Mengerti Makna apa yang dipelajari? Apa manfaatnya? Apa statusnya? Bagaimana mencapainya? Bagaimana Mendeminstrasikannya? Pembelajaran Aktif (Student Centered) Pembelajaran Pemusatan pada Proses dan Hasil Peserta didik “Acting”, Guru mengarahkan dan memfasilitasi Assesmen dan Evaluasi berperan penting untuk mengetahui Pencapaian standar akademik dan Standar Performance (Kinerja).





C.            Komponen-Komponen/ ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

a.                   Konstruktivisme (Constructivism)
Pandangan kontruktivisme tentang belajar mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh seseorang kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya sedikit demi sedikit, yang memungkinkan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya.

b.                  Menemukan (Inquiry)
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan, melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.

c.                   Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan metode yang dapat mendorong keberanian siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Melalui bertanya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas menggali informasi dan mengkonfirmasikan sesuatu, tanpa harus takut bahwa kualitas pertanyaannya akan dievaluasi. Artinya, sewaktu siswa bertanya guru tidak akan menyalahkan atau menghalangi pertanyaan mereka walaupun pertanyaannya tidak sempurna.

d.                  Masyarakat Belajar ( Learning-Community)
Pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok-kelompok yang heterogen melalui diskusi, sharing antar teman, saling bertanya, menjadikan proses belajar lebih menyenangkan, menantang dan lebih efektif. Terjadi arus informasi yaitu proses komunikasi dua arah atau lebih yang saling memperkaya, memberi dan menerima, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang mendominasi proses komunikasi. Tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, atau merasa paling tahu. Semua orang dapat menjadi sumber belajar. Guru dapat mengembangkan masyarakat belajar di kelasnya dalam bentuk kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan nara sumber dari luar, bekerja dengan kelas lain, atau bekerja dengan masyarakat.

e.                   Pemodelan (Modeling)
Model adalah salah satu bentuk scaffolding dalam pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat ditiru atau dicontoh oleh siswa. Di dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menyediakan model-model atau sesuatu yang dapat dijadikan contoh oleh siswa dalam belajar. Dengan adanya model, siswa akan memperoleh gambaran yang jelas bagaimana sesuatu harus dilakukan atau dibuat. Guru bukanlah satu-satunya model, karya-karya dan prestasi siswa yang baik dapat dijadikan model, model juga dapat didatangkan dari luar.

f.                   Refleksi (Reflection)
Refleksi dalam pembelajaran kontekstual yaitu aktifitas berpikiir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa saja yang sudah dilakukan.
Siswa membandingkan pemahamannya sekarang terhadap sesuatu yang baru saja dipelajari dengan pemahaman awal sebelum mempelajari hal tersebut.
Siswa menghubungkan pengetahuan yang baru saja dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman-pengalaman sebelumnya. Refleksi merupakan respon siswa terhadap apa yang baru saja dipelajari.dalam pembelajaran, guru perlu membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru saja dipelajari. Sehingga siswa merasakan manfaat pengetahuan yang baru saja dipelajari dalam kehidupannya. Ini berarti, pengetahuan mereka bertambah luas dan belajar akan lebih bermakna baginya.

g.                  Penilaian Autentik(Authentic-Assesment)
Penilaian dalam pembelajaran kontekstual dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan mengumpulkan hasil karya siswa secara bertahap, baik yang dikerjakan di dalam maupun di luar kelas. Kemajuan belajar siswa diamati dari proses perkembangan belajarnya. Perkembangan siswa perlu diketahui, untuk mendeteksi adanya kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya, sehingga guru dapat dengan segera membantu mengatasinya.
Karena kemajuan belajar siswa perlu diketahui selama proses pembelajaran berlangsung, maka penilaian juga akan dilakukan selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh tidak untuk melihat perolehan hasil belajar melainkan untuk melihat perkembangan belajar siswa dalam bentuk karya-karya nyata. Oleh sebab itu, penilaian autentik sangat tepat digunakan. Penilaian autentik berupaya menilai keterampilan (performasi/soft skill) siswa di samping juga penguasaan pengetahuannya. Penilaian tidak hanya dilakukan oleh pengajar saja, tapi dapat juga dilakukan oleh siapa saja termasuk siswa. Maka perlu diciptakan sesuatu dari hasil pemahaman siswa seperti dalam bentuk gambar seri, poster, cerita/drama/novel, prosedur kerja, makalah, karya seni, artikel, karikatur, resep dan sebagainya. Karya-karya tersebut dapat ditampilkan, didemonstrasikan, dipajang atau dipamerkan ke masyarakat.

D.            Strategi pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontektual yang dikemukakan oleh Center for Occupational Research and Develoment (CORD) (dalam Rustana, 2002 ) yang dikenal dengan REACT, yaitu :
1.                  Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.
2.                  Experiencing,  belajar  ditekankan  pada  penggalian (eksplorasi), penemuan           (discovery), dan penciptaan (invention)
3.                  Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
4.                  Coopeerating,  belajar  melalui  konteks  komunikasi  interpersonal, pemakaian bersama,    atau  tugas kelompok.
5.                  Trasferring,  belajar  melalui  pemanfaatan  pengetahuan  di  dalam situasi atau       konteks baru.

E.            Penerapan Metode Belajar  CTL dan Hasil Belajar
Pendekatan  kontekstual  ini  menekankan  salah  satunya  kepada bagaimana belajar di sekolah yang dapat diterapkan ke dalam situasi dunia nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya dalam kehidupan mereka. Pada pembelajaran kontekstual tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak akan bertahan lama, tetapisebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan  tumbuh  dan  berkembang melalui  pengalaman  dalam  bentuk siswa   bekerja,   praktek   mengerjakan   sesuatu,   berlatih  secara   fisik, mendemonstrasikan sendiri, dan lain sebagainya.
Dengan begitu siswa belajarmengalami sendiri (Depdiknas,2002) Pada konsep IPA Biologi siswa membangun pengetahuan di dalam
benaknya sendiri dari pengalaman yang telah dialaminya, contohnya banyak
siswa yang memiliki hewan peliharaan yang berbeda, otomatis mereka akan
tahu  makanan  apa  saja  yang  biasa  dimakan  oleh  hewan  peliharaannya tersebut.    

Dengan demikian siswa dapat mengkelompokkan hewan-hewan
tersebut  berdasarkan  perbedaan  makanannya,  yaitu  kedalam  kelompok herbivora, karnivora, atau omnivora. Dalam hal ini siswa memahami konsep
penggolongan  hewan  berdasarkan  jenis  makanannya  dengan  menemukan sendiri, karena siswa mengalaminya secara langsung. Contoh lain siswa dapat
praktek di laboratrium misalnya untuk konsep organisme autotrof dengan
mengadakan  percobaan  proses  fotosintesis.  Selama  kegiatan  berlangsung siswa mengamati perubahan warna daun  , membandingkan, dan mencatat hasilnya  kemudian disajikan  dalam  bentuk  tabel  untuk  dianalisis  serta
mendiskusikannya  dalam  kelompok  masing- masing. 

Aktifitas  bertanya ditemukan  ketika mereka  berdiskusi  kelompok.  Selain  itu  mereka  akan bekerjasama untuk memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi, dan
ketika  kelompok  mereka  mengahadapi  kesulitan  mereka  akan  menjalin kerjasama dengan kelompok lain yang akhirnya akan membentuk masyarakat
belajar.  Setelah  proses  pembelajaran  berlangsung  siswa  diminta  untuk memberikan

komentar mengenai kesan dan saran mengenai pembelajaran
yang telah dilakukan pada hari itu untuk dijadikan sebagai refleksi yang dapat
digunakan  oleh  guru  sebagai  umpan  balik  untuk  memperbaiki  proses 
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran di
atas telah mencakup tujuh komponen dalam pembelajaran CTL. Hasil  belajar  dalam  kontekstual  menekankan  pada  proses  yaitu segala  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  siswa  dalam  mencapai  tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penempilan siswa sehari-hari ketika
belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, misalnya proses bekerja,
hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Depdiknas, 2002). Penilaian proses
belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam
mengikitu proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal : 

turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan
masalah,  bertanya,  melaksanakan  diskusi  kelompok  atau  menerapkan  apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan yang
sedang dihadapinya. Setelah melakukan pengamatan, siswapun mengerjakan LKS dan laporan hasil pengamatan secara berkelompok dengan baik. Pada saat berlangsungnya   diskusi,   pada  rekaman   handycam   dapat   dilihat
berlangsungnya diskusi yaitu setelah kelompok penyaji menjelaskan hasil
pengamatan dengan menggunakan kertas manila di hadapan guru dan
teman-temannya,  ada  beberapa  siswa     mengajukan  pertanyaan  dan kelompok penyaji menjawabnya.

F.            Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran CTL                                        
a.                   Kelebihan
Ø    Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi            yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
Ø    Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu           isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
Ø    Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
Ø    Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
Ø    Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Ø    Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
Ø    Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

b.                  Kelemahan
Ø    Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa   padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru   akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa     tadi tidak sama.
Ø    Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus   tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri.
Ø    Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
Ø    Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya         sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif

BAB III
PENUTUP


a.    Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002). Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)
2. Penilaian Autentik (Authentic-Assesment)
3. Refleksi (Reflection)
4. Pemodelan (Modeling)
5. Masyarakat Belajar ( Learning-Community)
6. Bertanya (Questioning)
7. Menemukan (Inquiry)

Apa itu CTL serta kelebihan dan kelemahannya. Pembelajaran kontekstual membantu siswa membentuk pengetahuannya dengan mengaitkan antara situasi dunia nyata mereka dengan materi pembalajaran serta mengaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari proses pembelajaran.











DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2003.  Pengajaran  dan  Pembelajaran  Kontekstual (Contextual Teaching learning) Biologi SLTP. Banyumas: Dinas Pendidikan.
Wahyudi.  2003. Tingkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran
IPA. http: //www. Balipost. co. id /baipost cetak/2003/8/24.htm1.
Sumarwan, Sumartini, dan Kusmayani. 2004.  Sains Biologi 1 B untuk SMP Kelas
VII Semester 2. Jakarta : Erlangga.
www.net.com



0 komentar:

Posting Komentar