Get me outta here!

Minggu, 28 September 2014

Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di daerah yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam pembahasan ini, Anda akan kami ajak untuk memahami hakikat PKR, oleh karena itu Anda tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun justru sebaliknya pada diri Anda akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus Anda hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar dikelas rangkap.

B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni :
1.                  Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran kelas rangkap (PKR)?
2.                  Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan (PKR) ?
3.                  Apa tujuan, fungsi, dan manfaat PKR ?
4.                  Prinsip apakah yang mendasari PKR?
5.                  Bagaimana gambaran PKR yang ideal ?
C.                Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah:
1.                  Menjelaskan hakikat kelas rangkap (PKR).
2.                  Mengetahui perlunya pembelajaran kelas rangkap (PKR).
3.                  Menjelaskan tujuan, fungsi, dan manfaat PKR.
4.                  Menjelaskan prinsip-prinsip yang mendasari PKR.
5.                  Menjelaskan gambaran PKR yang ideal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.       Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah ssatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.

B.        Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Diperlukan
Ada beberapa alasan penting yang menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan, yaitu:
1.         Alasan Geografis
 Lokasi pembelajaran yang sulit dijangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan pemukiman penduduk yang jaraknya berjauhan, serta adanya ragam mata pencaharian penduduk misalnya berladang, mencari ikan bahkan menebang kayu atau mencari sesuatu dihutan, maka hal ini dapat mendorong penggunaan PKR.


2.      Alasan Demografis
Mengajar murid dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang jarang penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis.

3.      Kekurangan Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan bisa dikatakan cukup, namun pada kenyataannya masih ada keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil. Apalagi bila secara geografis daerah tersebut sulit dijangkau, maka akan membuat guru takut ditugaskan didaerah itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib didaerah terpencil, juga di sebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan sehari-hari, sulitnya alat transportasi, gaji yang lambat, bahkan terbatas peluang untuk mendapatkan pengembangan karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah seperti itu perlu adanya keikhlasan dan penuh sukacita, dan kesiapan mental dari guru tersebut.

4.         Keterbatasan Ruang Kelas
 Di daerah yang muridnya sangat sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak. Tetapi, di daerah lain meskipun sudah mempunyai ruang kelas sesuai dengan jumlah tingkatan kelas, masih belum cukup karena jumlah rombongan belajar lebih besar. Maka dari itu diperlukan PKR.

5.         Kehadiran Guru
 Ketidakhadiran guru, bukan saja di alami oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar pun juga mengalaminya. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat kehadiran guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru yang tidak kena musibah harus mengajar kelas yang tidak ada gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit, cuti, atau ada kegiatan berkaitan meningkatkan professional dan kualifikasi guru.
Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed age/multiage grouping.
a.       Model pertama Combine grades : atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda.
b.      Model kedua Continuous progrees : model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
c.       Model ketiga mixed age/multiage grouping : dimana proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses re gruping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun. Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage grouping ini adalah:
·         Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah.
·         Siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis.
·         Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
·         Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.

C.       Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
       Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat dikaji dari beberapa aspek berikut,
1.         Quantity dan Equity
       Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan untuk memenuhi asas Quantity (jumlah) dan Equity (pemerataan).  Dengan jumlah guru yang dimiliki dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu juga mampu memberikan layanan yang lebih merata.

2.         Ekonomis
       PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan.  Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung.  Dengan demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung.  Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan msyarakat akan lebih kecil.  Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, dan terpencil sekalipun.

3.         Pedagogis
Strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid, karena seorang guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.

4.         Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau oleh anak.  Dengan demikian kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang.  Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebakan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus sekolah.  Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada saat murid pergi atau pulang sekolah.

D.          Prinsip-prinsip yang Mendasari PKR
Pembelajaran kelas rangkap (PKR) merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD.  Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum. Pembelajaran mengandung makna bahwa kegiatan belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru.  Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa tergantung pada guru.  Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi dengan teman atau mengamati sesuatu.  Tetapi perlu diingat bahwa dalam pembelajaran peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atau akhir kegiatan.
Disamping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut :
1.         Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
       Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan.  Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak.  Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola dengan benar.  Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan murid hanya untuk mengisi kekosongan saja, maka bukan PKR yang diharapkan.

2.            Kadar Tinggi Waktu Keaktifan Akademik (WKA)
        Selama PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna.  PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil menelola kelas.  Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.
Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.  Namun perlu diingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu berkadar tinggi.  Kualitas pengalaman belajar yang dihayati murid sangat menentukan WKA.  Kualitas dan lamanya kegiatan berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
 
3.            Kontak Psikologis Guru dan Murid yag Berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dangan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus menerus.  Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan murid bahwaguru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah.  Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan.  Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.  Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, member petunjuk yang jelas atau menegur murid.

4.            Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan atau sarana, orang dan waktu.  Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.  Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR.  Demikian dengan orang dan waktu.  Murid yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai turor.  Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi.

5.            Kebiasaan untuk Mandiri
Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip tersebut, maka murid akan terbiasa mandiri.  Kemampuan murid untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
 
E.           Gambaran PKR yang Ideal
        Gambaran PKR yang ideal ( yang di inginkan ).
1.     Unsur-unsur penting dalam PKR adalah :
·         Kelas tampak hidup, murid tampak ceria. Di awal pelajaran Pak dan Bu guru bertanya, tetapi hampir tak ada kaitannya dengan pelajaran hari itu. Pertanyaan seperti itu dengan tujuan agar murid termotivasi dan secara mental siap menerima pelajaran hari itu.
·         Proses belajar berlangsung serempak, apalagi murid yang berbeda tingkat kelas ada dalam satu ruang. Gangguan yang muncul tidak terlalu serius, sebab ketika guru menerangkan murid dari kelas lain berada disudut ruang yang lain. Tidak ada pembosanan waktu karena guru tidak mondar-mandir pindah kelas.
·         Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar. Sudut sumber belajar dapat memberi peluang bagi murid, tanpa pengawasan guru murid dapat mempraktikan konsep belajar menemukan sendiri dan pemecahan masalah.
·         Murid aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak. Murid tidak hanya aktif secara individual tetapi juga kelompok dan berpasangan. Murid yang lebih dahulu dimanfaatkan untuk membantu temannya ( tutor sebaya ) atau membantu kelas dibawahnya (tutor kakak ).
·         Adanya asas kooperatif-kompetitif, murid bersemangat mengerjakan tugas, apalagi ketika guru menyanyakan siapa yang sudah selesai lebih dulu akan mendapat nilai tambahan, gambar yang terbaik akan dipajang atau siapa yang selesai duluan boleh membaca buku-buku bacaan, dan sebagainya.
·         Belajar dengan pendekatan PKR yang benar, sangat menyenangkan . Belajar sambil bermain, main sambil belajar dapat diperagakan khususnya bila kita sedang mengajar kelas rendah. Hal itu nampak saat anak mengambil gulungan kertas dan membaca apa yang menjadi tugas mereka masing-masing.
·         Ada perhatian khusus bagi murid yang lambat dan yang cepat. Pada yang lambat guru membantu murid yang mengalami kesulitan, bahkan guru menjelaskan lagi bagian-bagian yang tidak dipahami. Bagi murid yang cepat guru memberikan tugas ekstra, misalnya murid diminta untuk mengambil gulungan kertas yang berisi soal-soal baik mata pelajaran yang baru saja dijelaskan maupun mata pelajaran lain.
·         Sumber belajar murid bukan saja berasal dari Depdikbud atau Dinas, guru PKR dapat melengkapi sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. Sudut ruangan menjadi lengkap dengan sumber belajar. Bahkan dapat memupuk tanggung jawab murid dan sara memiliki terhadap kelas dan sekolah mereka.
·         Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi perangkapan kelas juga berarrti dalam bentuk mengajarkan dua bidang studi atau lebih dalam satu wacana atau topik. Inilah yang disebut pengajaran terpadu (integrated).
·         Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungan murid. Misalnya ketika guru menjelaskan tentang bagaimana menangkap iklan, murid-murid menjawab dengan menyebut beberapa alat menangkap ikan yang biasa digunakan di lingkungan sekitar, kemudian murid diminta menggambar alat tersebut.

2.            Peranaan Guru PKR adalah :
·         Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin dilaksanakn dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutan pun mengalami keulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep dan fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional uang ingin dicapainya berdasarkan kelas.
·         Sebagi sumber informasi yang kreatif, guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber informasi tetapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan masalah keadaan yang serba kurang. Ia harus memberi arahan keoada muridnya agar mereka tidak membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala macam kegiatan.
·         Sebagai administrator. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan saksama.
Hasil maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal. Guru PKR juga harus mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada dilingkungan sekolah.
·         Sebagai seorang porofesional. Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya. Walaupun kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada didaerah terpencil sulit diwujudkan, tepat niat professional harus tetap dipelihara dan yang penting semangat itu selalu ada. Salah satu ciri seorang guru professional adalah juga tidak cepat putus asa. Manusia dapat mencapai apa saja bila tidak cepat putus asa.
·         Sebagai agen pembawa perubahan Guru sebagai pengayon dan juga sebagai sosok yang mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku anggota masyarakat melaui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan anggota masyarakat setempat. Pendek kata, guru harus mencari, mendatangkan, dan mengajarkan perubahan yang berguna bagian anak didik, orang tua dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Perangkapan kelas masih banyak dijumpai di Indonesia, khususnya akibat kekurangan guru.  Namun demikian, perangkapan kelas bukan saja dialami oleh Negara yang sedang berkembang saja.  Di Negara majupun, seperti di Amerika Serikat, Australia, Inggris dan sebagainya.  Jadi pembelajaran kelas rangkap (PKR) dianggap suatu hal yang wajar saja.  Ada sejumlah alasan-alasan selain kekurangan guru, mengapa PKR terjadi antara lain karena faktor geografis, demografis, dan terbatasnya ruang kelas.
Disamping itu, ada sejumlah alasan lain, yaitu alasan yang lebih memusatkan pada keuntungan dari pada kerugiannya.  Antara lain, jika dilihat dari aspek pedagogis, PKR lebih mendorong kemandirian murid.  Dari aspek ekonomis, PKR lebih efisien.  Dengan PKR pemerintah dapat mendirikan sekolah-sekolah kecil dimana-mana, sehingga setiap anak Indonesia berkesempatan untuk lulus dari SD.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umun. Namun secara khusus PKR mempunyai prinsip-prinsip yang harus dikuasai oleh guru PKR.  Prinsip itu adalah : 1) keserempakan kegiatan belajar-mengajar, 2) kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA), 3) Kontak psikologis guru dan murid yang berkelanjutan, 4) pemanfaatan sumber secara efisien, dan 5) kebiasaan untuk mandiri.

B.           Saran
Setelah kita membahas pembelajaran kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep dan dapat melaksanakan pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang menuntut guru melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Dengan diadakannya pembelajaran kelas rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan kekurangan yang ada.

Daftar Pustaka

Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.