Kabupaten Simeulue adalah salah satu
kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten
Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan
pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.
Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Si navang yang berasal
dari legenda Navang. Navang adalah si pembuat garam masa dulu di daerah Babang
(pintu masuk teluk Sinabang. Dulunya Navang membuat garam dengan membendung air
laut yang masuk ke pantai Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadilah garam.
Garam Navang lambat laun menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan sampai ke
Lugu. Jika penduduk membutuhkan garam, maka mereka akan menuju si Navang, yang
lambat laun konsonan 'V' pada Navang berubah menjadi Nabang. Sementara Sibigo
ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co
karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan
kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara
dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.
Karena posisi geografisnya yang
terisolasi dari Pulau Sumatera, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini,
bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini. Perkembangan selanjutnya setelah Drs. H.
Muhammad Amin dilantik menjadi Pembantu Bupati Simeulue, upaya ini terus
digulirkan dengan sungguh-sungguh dan terbukti pada tahun 1995 Gubernur Aceh
menurunkan tim pemutakhiran data ke Simeulue yang diikuti
Kemudian pada tanggal 12 Oktober
1999 Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Ad Interim Faisal Tanjung
meresmikan lahirnya Kabupaten Simeulue dan tanggal inilah yang dijadikan
sebagai hari jadi Kabupaten Simeulue yang setiap tahunnya diperingati. Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Terdapat tiga bahasa
utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon. Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di
Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan
Teluk Dalam. Bahasa Sigulai umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue
Barat, Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh
penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu digunakan juga
bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai bahasa perantara sesama
masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee
(tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.
Masyarakat Simeulue mempunyai adat
dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya di daratan Aceh, salah
satunya adalah seni Nandong, suatu seni nyanyi bertutur
diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa.
Terdapat pula seni yang sangat digemari sebagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari
tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu, serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar
Simeulue acap diundang ke mancanegara.
Pandangan Masyarakat Simeulue
terhadap Bangsa Indonesia sangat baik, ditambah lagi dengan daerah Simelue
tidak terkontaminasi dengan Gerakan Aceh Merdeka, akan tetapi bukan juga
masyarakat Simeulue mengingkari perjuangan para pahlawan GAM untuk memisahkan diri
dari Republik Indonesia. Secara
sistematis masyarakat Simeulue sangat mendukng NKRI, karena NKRI adalah harga
mati Bangsa ini. Masyarakat Simeulue memang sebagian besar tidak fasih dalam
berbahasa Aceh yang asli, selayanknya tuntutan masyarakat Aceh termasuk
Simeulue Ate Fulawan dikabulkan oleh pemerintahan RI untuk demi kesajahtraan
bersama.
Banyak rumor
yang beredar tentang pandangan adat dan masyarakat Aceh yang mengatakan bahwa
“Aceh sangat tidak suka dengan NKRI” seutuhnya itu memang kita kurang memiliki
data yang lengkap untuk memfonis Aceh dalam tuduhan itu. Para petinggi
bangsaini sudah melakukan yang terbaik dalam berbagai cara untuk menyelesaikan
permasalahan itu. Tidak hanya kita pandang dari masalah adat, akan tetapi kita
pandang juga dari masalah timbal balik antara Aceh-Indonesia, seandainya kita
hitung berapa jumlah nyawa para pahlawan yang Syahid dalam medan pertempuran
antara kedua belah pihak ini. Kita tidak pernah memikirkan berapa banyak janda
syuhada yang dilahirkan perang, dan berapa banyak anak yatim bertambah. Seharus
nya Aceh-Indonesia manangis, akan tetapi kedua belah pihak malah mempertahankan
argumennya masing-masing. Sungguh kita malu dengan Negara-negara lain.
Secara
keseluruhan, Masyarakat simelue sangat mendukung gencatan senjata antara
Aceh-Indonesia, karena mendatangkan banyak hikmah dari balik kejadian masa
lampau itu. Kepala adat simeulue sangat mengapresiasikan perdamaian Aceh.
Dari sektor peternakan simelue ikut menyumpak
pajak, karena dijual keluar daerah bahkan kepasar mancanegara. Karena kerbau simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis
daripada kerbau di daratan Sumatera, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi. Dan dari sektor perikanan dalam satu dasawarsa terakhir hasil
pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah Lobster (udang laut) yang cukup besar
ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia. Serta dari sektor perkebunan Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya dimasa lalu era tahun 1970 s/d 1990. Hasil perkebunan rakyat lainnya di
antaranya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue, selain itu ada
perkebunan kelapa sawit milik Pemerintah Daerah bernama Perusahaan Daerah
Kelapa Sawit (PDKS) yang terdapat di Kecamatan Teluk Dalam dan Teupah Selatan. Sedangkan
hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola
Pemerintah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.
yang paling
membangkan dari kabupaten ini dan telah di survey Badan Pengkajian Penerapan Teknologi
(BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi
minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau
Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada
sekitar 107,5-320,79 miliar barel. "Temuan ini hasil riset kami dengan
Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detail deformasi
struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004,"
kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya
Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara. Dibandingkan dengan
cadangan minyak bumi milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barrel. Temuan itu, menurut Yusuf,
sangat signifikan. Sedangkan nilai volume di perairan timur laut Pulau Simeulue
itu dihitung minimal 17,1 x 109 m³ dan maksimal volume total 51 x 109 m³.
"Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar
sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, karbonat build-up berbentuk
melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen.
Semua
dari asil bumi dan laut diperuntuhkan semata terhadap bangsa ini sebagai
perwujudan kesetiaan terhadap NKRI. Selayaknya pajak yang besar ini di
peruntuhkan terhadap rakyat dan hendaknya dijauhkan dari tangan kotor
(Tikus-tikus kantor) yang teramat rakus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar